Kain Ihram dan Profesionalisme Kerja
Motivator Karir | Saat pelaksanaan haji, umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di padang arafah, semua orang berkumpul. Tua, muda. Kaya, miskin. Pejabat, rakyat. Jendral, kopral. Semua menyatu dalam satu identitas, hanya menggunakan dua helai kain ihram.
Ini sebuah gambaran bahwa di mata Tuhan semua manusia sama. Yang membedakan tingkat kemuliaan seseorang hanyalah ketaqwaannya.
Lalu, bagaimana dengan tingkat kemuliaan seseorang dalam perusahaan? Dalam dunia kerja sering kita terjebak. Mengukur mulia tidaknya seseorang dilihat dari jabatannya. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin mulia dia. Apakah memang demikian? Apakah di mata pemilik perusahaan, di mata bos demikian? Jawabannya tidak.
Dalam dunia kerja, mulia tidaknya seseorang diukur dari sehebat apa kontribusi dia dibandingkan dengan kompensasinya. Seorang professional yang mulia adalah mereka yang kontribusinya jauh lebih banyak dibandingkan kompensasi yang dia terima.
Jadi bisa saja seorang staff biasa jauh lebih mulia dibandingkan seorang manajer.
Contohlah staff biasa yang bergaji 3 juta, namun kontribusinya bernilai lebih dari 3 juta. Sedangkan seorang manajer bergaji 10 juta, namun kontribusinya dibawah 10 juta.
Prinsipnya adalah, mereka dapat dikatakan sebagai profesional yang mulia, ketika kontribusinya diatas kompensasinya. Yang mulia adalah tangan di atas. Lebih banyak memberi daripada menerima.
Mereka yang walaupun jabatannya tinggi namun kalau apa yang dia berikan kepada perusahaan masih lebih sedikit daripada kompensasi yang ia terima, maka ia termasuk profesional yang tidak mulia.
Kalau begitu, bisa dong seorang OB lebih mulia dari seorang direktur? Jawabannya Ya. Secara bahasa organisasi, seseorang yang kinerjanya semakin melampaui KPI nya, maka semakin mulia-lah dia. Dan sebaliknya kalau kinerjanya lebih rendah dari KPI jabatan dia, maka semakin tidak mulia.
Pertanyaan selanjutnya, perlu kah kita menjadi profesional yang mulia? Sangat perlu.
Karena hanya profesional yang mulia lah, yang akan disayangi perusahaan. Gaji dan jabatan dinaikkan, bonusnya ditambah. Berbagai retensi program akan dia terima. Kepemilikan kendaraan, rumah, saham perusahaan, dll.
Di samping itu, menjadi profesional mulia juga sangat nyaman. Eksistensi diakui. Tidak khawatir dipecat. Dibutuhkan oleh perusahaan. Dihormati dan dihargai.
Sebaliknya, bila kita bukan profesional mulia, perusahaan tidak ikhlas bayar gaji kita karena merasa kemahalan. Posisi kita pun lama kelamaan akan digantikan oleh orang lain yang kontribusinya lebih baik dari kita.
So… sudah kah anda menjadi professional yang mulia? Saya Dr. Dasep Suryanto, salam indahnya berbagi…
sangat setuju pak dasep
Luar biasa Pak Dasep,,, terima kasih atas sharing ilmunya, pada dasarnya profesional dan tidaknya itu ditentukan dirinya sendiri.
Semoga Pak Dasep dan keluarga selalu diberikan nikmat sehat, keselamatan, dimudahkan urusan dunia akhiratnya, hdp yang barokah, rejeki yg melimpah.
Aamiin…
Salam,
Piyo
(Ex. GA HCI DC JBBK)