Komunikasi Efektif yang Sesuai Konteks dan Fleksibilitas
Kepemimpinan yang efektif bermula dari komunikasi yang terjalin secara efektif. Para pemimpin kebanyakan menganggap bahwa komunikasi itu merupakan seni, dan bukan sesuatu yang pasti. Komunikasi merupakan keterampilan yang fleksibel, bisa diimprovisasi, serta kontekstual dan relevan dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Dengan kata lain, komunikasi akan dikatakan efektif bila sesuai dengan konteks, dan komunikasi itu bersifat fleksibel.
Sebelum menyampaikan sesuatu, ada baiknya kita memikirkan konteks atau tema utamanya. Semakin sesuai tema dengan konteks pada saat itu, maka komunikasi akan makin efektif. Hal inilah yang disebut dengan komunikasi kontekstual. Sebagai contoh, tema uta yang bisa diangkat antara lain adalah tema tentang persatuan dan kesatuan bangsa. Tentunya, tema ini cocok digunakan pada saat memasuki tahun-tahun politik. Ada juga tema tentang bencana alam yang melanda Indonesia. Kedua tema ini bisa menjadi konteks agar pesan yang kita sampaikan tepat sasaran.
Tak hanya situasi dan kondisi, komunikasi kontekstual juga tergantung pada siapa pesannya akan kita sampaikan. Misalnya komunikasi kepada atasan, akan berbeda dengan komunikasi kepada rekan kerja. Saat berkomunikasi dengan orang lain, ada tiga konteks yang harus kita perhatikan, yaitu konteks pribadi, sosial, dan budaya. Kita harus bisa menyesuaikan ketiga konteks tersebut dengan lawan bicara. Seperti disebutkan sebelumnya, makin sesuai konteks, maka semakin efektif pula komunikasi yang kita lakukan.
Selain kontekstual, fleksibilitas dalam berkomunikasi juga sangat perlu. Fleksibilitas di sini artinya adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara, seperti respon dan juga bahasa tubuhnya. Misalnya, kita melihat lawan bicara kita sedang muram, maka kita bisa memulai komunikasi dengan cara bertanya kenapa dia muram, dan menunjukkan empati kita padanya. Contoh lain, saat lawan bicara kita sedanf berbicara serius, ada baiknya kita mendengarkannya secara serius juga, dan tidak melakukan hal lain selama dia berbicara.
Dengan fleksibilitas dalam berkomunikasi, seperti contoh yang telah disebutkan sebelumnya, komunikasi bisa terjalin lebih efektif, dan pesan akan tersampaikan. Tak hanya untuk komunikasi biasa, komunikasi fleksibel ini juga berlaku pada perbedaan pendapat atau ketidaksetujuan. Dalam menghadapi situasi seperti itu, kita tak perlu melakukan pertentangan, melainkan dihadapi dengan sikap yang fleksibel. Jika ditentang, maka akan terjadi perselisihan yang akan berdampak negatif pada komunikasi antara kita dan lawan bicara. Saat terjadi perbedaan pendapat, sebaiknya kita terima dulu pendapat orang lain. Ketika waktunya tepat, barulah kita bisa mengutarakan pendapat kita.
Intinya, komunikasi bisa terjalin efektif jika kita memperhatikan konteksnya, serta dilakukan secara fleksibel. Untuk lebih lengkapnya soal komunikasi kontekstual dan fleksibel, bisa dibaca dalam buku “Effective Leadership Communication” yang bisa didapatkan di toko buku Gramedia terdekat.