Strategi Membaca Situasi dalam Berkomunikasi

Dalam kehidupan kita sehari-hari, bisa dibilang segalanya bergantung pada situasi. Misalnya, saat keadaan jalanan sedang macet, dan kita terjebak di dalamnya, maka kita kemungkinan besar akan lebih emosional. Situasi juga ternyata memiliki pengaruh pada komunikasi, karena jika komunikasinya dilakukan pada situasi yang tak tepat, maka komunikasinya tak akan berjalan dengan efektif.

Karena itulah, kita harus memiliki kemampuan untuk membaca situasi. Pasalnya, tak sedikit kesalahpahaman berasal dari ketidakmampuan seseorang dalam membaca situasi. Misalnya, ketika atasan sedang mempermasalahkan sesuatu, dan tampak emosional, namun ada seseorang bawahan yang malah bercanda. Bukannya suasana makin cair, justru hal tersebut akan menambah situasi jadi makin rumit, meski mungkin maksud dari bawahan itu baik, yaitu ingin mencairkan suasana.

Agar suasana tetap kondusif, usahakan sebelum menyampaikan sesuatu, kita harus membaca atau melihat situasi terlebih dulu, apakah tepat atau kurang tepat. Hal ini penting dilakukan, terutama dalam dunia kerja. Salah satu cara untuk membaca situasi di dalam kantor adalah kita menyesuaikan dengan kondisi lawan bicara, apakah dia sedang senang karena dipromosikan, atau dalam keadaan murung karena mendapat kabar bahwa dia memiliki kinerja yang kurang baik dan terancam dipecat.

Menurut ilmu Neuro-Linguistic Programming, atau NLP, kemampuan untuk membaca situasi seperti ini disebut dengan istilah building rapport. Building rapport sendiri berarti membangun keterikatan atau bisa juga diartikan sebagai membangun koneksi. Untuk membangun koneksi ini, ada 3 alasan yang menjadi dasarnya, yaitu:
1. Setiap orang menyukai orang yang menyukainya,
2. Setiap orang menyukai orang yang mirip dengannya,
3. Setiap orang merasa nyaman dengan orang yang sepemikiran dengannya.

Secara garis besar, hampir semua orang tak akan terpengaruh oleh siapa pun yang tak sepemikiran dengan mereka. Oleh karena itu, seorang pemimpin, atau pembicara, wajib memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Kemampuan ini tentu berguna bagi seorang pemimpin jika ingin membentuk sebuah tim yang solid. Jika mampu membaca situasi dan menyesuaikan diri, maka komunikasi yang dilakukan pun akan makin efektif.

Cara membaca situasi yang praktis dan efektif dapat dilihat dari konteksnya, apakah itu konteks pekerjaan, pribadi, atau bisnis. Jika sudah dapat melihat konteksnya, maka komunikasi yang kita sampaikan akan lebih akurat, tepat sasaran, dan tentu saja lebih efektif. Konteks dalam hal ini bisa juga diartikan sebagai tujuan komunikasi. Tentu saja, jika tujuan komunikasi itu sendiri tak tercapai, maka komunikasi akan kurang efektif, dan kemungkinan terjadinya salah paham akan makin besar. Untuk lebih lanjut soal komunikasi efektif, bisa dibaca dalam buku “Effective Leadership Communication” yang sudah tersedia di toko buku Gramedia terdekat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *