Komunikasi Seperti Apa yang Tidak akan Ditolak?
DasepSuryanto.com – Keberhasilan setiap organisasi, perusahaan, atau institusi tidak hanya bergantung dari kualitas orang-orangnya, tapi juga dari kemampuan komunikasi para pemimpinnya.
Apapun kompetensi yang dimiliki seorang pemimpin, jika ia tidak pandai berkomunikasi, ia akan sulit mencapai kerja sama yang produktif, efektif, dan efisien.
Setiap interaksi manusia membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Dunia kita adalah dunia verbal. Seluruh aktivitas kehidupan kita dipenuhi dengan aktivitas komunikasi verbal. Dari diskusi kelompok, rapat kerja, negosiasi, penyuluhan kesehatan, konseling, seminar, penggalangan dana kegiatan sosial, ceramah keagamaan, menasihati anak, pendekatan calon pasangan hidup, hingga aktivitas belajar dan mengajar di dunia pendidikan, semuanya memerlukan komunikasi lisan atau verbal.
Ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, masih banyak yang belum mengetahui pentingnya memperdalam kemampuan ini, dan memperlakukannya hanya sebagai penyalur suara saja.
Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari, masih sering kita lihat perdebatan, pertikaian, konflik, pertentangan, saling menuntut, dan ketidaksepakatan.
Semua itu terjadi karena pesan disampaikan secara apa adanya, tanpa memperhatikan situasi dan kondisi si penerima pesan.
Bukan Penyalur Suara
Komunikasi yang tepat dan efektif, tidak menyampaikan pesan apa adanya seperti sebuah pengeras suara yang hanya menyalurkan pesan.
Dalam berbagai kasus hubungan kerja yang saya tangani, dari penyampaian kebijakan yang wajar hingga situasi yang sulit dan kritis seperti pemutusan hubungan kerja, penutupan unit bisnis, konflik karyawan, hingga pemberian surat peringatan keras (SP3), prinsip pendekatannya selalu harus memperhatikan kepentingan lawan bicara.
Kemampuan komunikasi persuasif diterapkan dengan menyampaikan pesan sedemikian rupa sehingga terasa manfaatnya bagi pihak penerima pesan.
Inilah strategi yang tidak akan ditolak atau ditentang oleh si penerima pesan.
Penyalur Manfaat
Walaupun ada kepentingan organisasi/perusahaan yang kita wakili atau keinginan yang ingin kita wujudkan, kita tidak menyampaikan keinginan kita di awal. Kepentingan lawan bicaralah yang harus kita utamakan terlebih dahulu.
Komunikasi efektif yang tidak akan ditolak dan tidak akan ditentang oleh siapa pun adalah komunikasi yang menyalurkan manfaat dan kepentingan lawan bicara.
Prinsip ini selaras dengan kebiasaan kelima dari The Seven Habits of Highly Effective People oleh Steven Covey, yaitu kebiasaan mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand, Then to be Understood).
Jadi, manusia efektif adalah mereka yang efektif berkomunikasi dengan cara memperhatikan kepentingan orang lain lebih dulu. Pada akhirnya, komunikasi efektif adalah komunikasi yang dapat menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak.
Pentingnya menjadi pendengar yang baik
Kita akan lebih mudah berkomunikasi dengan baik sesuai dengan kondisi psikologis lawan bicara saat kita memiliki empati. Penerapan sikap berempati dalam berkomunikasi dimulai dengan menjadi pendengar yang baik, sebelum orang lain mendengarkan kita.
Setiap orang pada umumnya ingin didengarkan lebih dulu. Kita akan selalu mendapat penerimaan dari lawan bicara kita saat kita sungguh-sungguh mendengarkan dan memahami apa yang dimaksud oleh lawan bicara kita.
Proyek atau program perusahaan bisa macet di tengah jalan gara-gara komunikasi yang buruk. Jika diusut asal mulanya, sering kali masalahnya adalah kurangnya kemampuan mendengarkan.
Sebaik apapun komunikasi seseorang, tanpa diiringi dengan kemampuan mendengarkan, tentu tidak akan efektif.
Kemampuan mendengarkan secara aktif merupakan proses untuk mendapatkan informasi, yang tujuannya untuk memahami pembicaraan secara objektif.
Saat kita terlatih mendengarkan dan berusaha memahami orang lain terlebih dahulu, pada akhirnya orang lain juga akan terpengaruh untuk mudah mendengarkan, memahami, dan menerima pendapat kita.
Menjawab Kebutuhan
Dalam komunikasi, setiap orang memiliki kebutuhan. Ada yang ingin didengarkan pendapatnya, diperhatikan kepentingannya, dihargai, diberikan haknya, dan lain-lain.
Komunikasi yang tidak akan ditolak adalah komunikasi yang mampu menjawab kebutuhan.
Dalam menyampaikan berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan, saya selalu mendapat respons positif, yakni penerimaan dan kepatuhan karyawan, karena saya menyampaikannya dengan menunjukkan bahwa hal-hal tersebut menjawab kebutuhan mereka.
Menghubungkan pesan yang kita sampaikan dengan apa yang penerima pesan butuhkan akan menyadarkan mereka akan kebutuhannya, dan membuat mereka merasa bahwa pesan itu menjawab kebutuhannya.
Jadi, tiga kunci utama komunikasi efektif yang tidak akan ditolak oleh pendengar, adalah yang bukan sekadar penyalur suara, menjadi penyalur manfaat, menjadi pendengar yang baik, dan menjadi jawaban dari apa yang dibutuhkan pendengar.
*Tulisan ini sudah pernah terbit di buku Effective Leadership Communication karya Dr. Dasep Suryanto, A.T., M.M., silahkan baca di sini.