Ego dalam Kepemimpinan, Bagaimana Mengaturnya?
DasepSuryanto.Com – Pemimpin yang hebat bukan hanya pemimpin yang piawai dalam mengatur bawahannya, namun juga pandai dalam mengatur egonya sendiri.
Jika seorang pemimpin terlalu menuruti egonya, maka akibatnya adalah bukan hanya akan dijauhi bawahannya, namun juga membuat reputasi perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya menjadi rusak.
Lalu, bagaimana agar seorang pemimpin bisa mengatur egonya? Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Mengutamakan kepentingan bersama
Pemimpin yang baik selalu mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadinya. Sebagai pemimpin, perlu kiranya untuk bertanya pada diri sendiri, apakah keputusan yang diambil itu memang bisa bermanfaat untuk bersama, atau hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan pribadi saja.
Meski demikian, bukan berarti seorang pemimpin itu tak boleh memenuhi kepentingan pribadinya. Memenuhi kepentingan pribadi boleh saja, asalkan setelah memenuhi kepentingan bersama.
2. Mengetahui batasan diri
Batasan diri di sini maksudnya adalah mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri sebagai seorang pemimpin. Pemimpin dengan ego tinggi tak akan memikirkan batasan dirinya, sehingga dia menganggap bisa melakukan segalanya, yang pada akhirnya justru berakhir kurang baik.
Dengan mengetahui batasan dalam dirinya, maka pemimpin itu tahu apa yang dia bisa lakukan dan apa yang tidak bisa dia lakukan. Otomatis, ego dalam dirinya juga bisa diatur dengan baik.
3. Mengakui kesalahan
Terdengar sepele, namun faktanya masih banyak pemimpin yang tidak melakukan ini. Pemimpin yang tidak mau mengakui kesalahannya merupakan tanda bahwa dia memiliki ego yang tinggi, dan menganggap dirinya paling benar.
Sebaliknya, pemimpin yang pandai mengatur egonya lebih cepat menangkap situasi di mana dialah yang salah, dan kemudian mengakui kesalahannya itu.
Dia tidak menyembunyikan apa pun pada bawahannya, dan berkata apa adanya. Pemimpin yang jujur dan mau mengakui kesalahan justru akan mendapatkan kepercayaan dari bawahannya.
4. Mengayomi
Seorang pemimpin yang pandai mengatur egonya mau mengayomi bawahannya, sehingga bisa mencapai sukses bersama-sama, bukan sukses untuk dirinya sendiri. Karena itulah, dia pun mau terlibat langsung pada bawahannya, bukan seorang pemimpin yang hanya bisa memerintah tanpa mau terlibat langsung.
Pemimpin yang baik tak melihat bawahannya atau orang lain sebagai ancaman terhadap jabatan atau kariernya, sehingga dia pun tak akan ragu bekerja sama pada orang yang berbeda jabatan sekali pun.
5. Menjaga komunikasi
Yang terpenting, seorang pemimpin harus bisa menjaga komunikasi dengan orang lain, baik yang jabatannya setara, atau berbeda jabatan. Pemimpin dengan ego tinggi bisa jadi hanya mau berkomunikasi dengan orang yang jabatannya setara, dan tak mau berkomunikasi dengan orang yang jabatannya di bawahnya.
Padahal, seorang pemimpin haruslah bisa berkomunikasi secara menyeluruh, tanpa memandang jabatannya.
Dari kelima poin di atas, apakah kita sudah termasuk sebagai seorang pemimpin yang pandai mengatur egonya?